Jumat, 05 Februari 2016

Saksikan Gerhana Matahari Total Di Ternate



Gerhana Matahari


Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Ketika gerhana Matahari sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf).
Jenis gerhana Matahari
Gerhana Matahari dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
  • Gerhana total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
  • Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
  • Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
  • Gerhana hibrida bergeser antara gerhana total dan cincin. Pada titik tertentu di permukaan bumi, gerhana ini muncul sebagai gerhana total, sedangkan pada titik-titik lain muncul sebagai gerhana cincin. Gerhana hibrida relatif jarang.

Mengamati gerhana Matahari
Gerhana Matahari tahun 1999 di Perancis
Melihat secara langsung ke fotosfer matahari (bagian cincin terang dari Matahari), bahkan hanya dalam beberapa detik, dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata karena radiasi tinggi yang tak terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana Matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina mata. Karena cepatnya peredaran Bumi mengitari matahari, gerhana matahari tak mungkin berlangsung lebih dari 7 menit dan 58 detik jadi jika ingin melihatnya lakukan sesegera mungkin.

Sejak awal tahun ini, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia diramaikan oleh kabar bahwa pada 9 Maret 2016 akan terjadi gerhana matahari istimewa. Oleh karena itu, baik ilmuwan maupun pemerintah bersiap-siap menyambut terjadinya fenomena alam ini. Secara sederhana, gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari. Karena jaraknya yang dekat ke bumi, rata-rata 384.400 kilometer, bulan bisa menghalangi sepenuhnya pancaran sinar matahari walau ukurannya jauh lebih kecil daripada sang surya, yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer dari bumi. Yang bakal terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada 9 Maret nanti adalah gerhana matahari total (GMT) yang sangat jarang terjadi. Bagi Indonesia, GMT ini adalah yang kedua sejak 11 Juni 1983 dan menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin dan diperkirakan baru akan terjadi lagi pada 2023.

Menurut Premana W Premadi dari Universe Awareness (UNAWE) Indonesia Observatorium Bosscha, semakin hari bulan bergerak semakin menjauh dari bumi. Kondisi ini membuat momen gerhana matahari total semakin hari juga semakin langka.

Gerhana dengan durasi sekitar 2-3 menit tersebut akan melintasi 12 provinsi di Indonesia, di antaranya Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.




Ternate - Tahun 2016, Indonesia akan dilewati peristiwa langka gerhana matahari total. Ternate di Maluku akan menjadi salah satu lokasi terbaik untuk melihatnya.
Setelah 24 Oktober 1995 atau 21 tahun yang lalu, peristiwa langka gerhana matahari total akan kembali melewati Indonesia pada 9 Maret 2016. Sejumlah daerah di Indonesia pun akan kebagian peristiwa langka tersebut, termasuk Ternate di Maluku Utara.

Sejatinya sejumlah daerah di Indonesia dari Barat hingga Timur akan dilewati oleh gerhana matahari total. Namun Ternate akan menjadi salah satu lokasi paling ideal untuk melihat peristiwa langka tersebut.

Alasannya, Ternate yang masuk ke dalam zona waktu Indonesia Timur atau WIT dapat menyaksikan fenomena gerhana matahari total selama 2 menit 35 detik. Waktu tersebut lebih lama dari durasi terjadinya gerhana matahari total di Jailolo yang hanya kurang dari satu menit.

Selain itu Ternate juga memiliki Gunung Gamalama dan Danau Tolire yang terkenal akan keindahannya. Selain itu juga terdapat sejumlah pantai indah seperti Pantai Sulamadaha dan Pantai Fitu. Sedangkan bagi traveler penikmat sejarah, dapat melihat peninggalan Kesultanan Ternate yang berupa Kadaton Kesultanan ternate. Lalu juga ada benteng peninggalan penjajah Spanyol seperti Benteng Toluho dan Benteng Tolukko yang merupakan peninggalan Portugis. Jika suka makan, di Ternate juga terdapat banyak kuliner nikmat yang rasanya dijamin sedap. Misalnya saja nasi kuning ikang telur hingga papeda dan ikan kuah kuning. Ikan di Ternate memang dikenal segar dan nikmat secara rasa.



Singkat kata, Ternate akan menjadi salah satu lokasi ideal untuk melihat peristiwa langka gerhana matahari total sekaligus berwisata. Catat dulu di agenda Anda, 9 Maret 2016 di Ternate!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar