Selasa, 02 Februari 2016

Festival Legu Gam 2016




LEGU GAM (pesta rakyat) secara historis merupakan manifestasi kebudayaan daerah yang dilakukan sebagai tradisi adat istiadat Maluku Kie Raha (Maluku Utara) yang melibatkan pihak kerajaan / kesultanan sebagai pranata sosial masyarakat adat. Legu Gam mengandung arti sebagai Pesta Rakyat yang dilakukan dalam bentuk tari-tarian atau biasa disebut Tarian Legu. Tarian Legu berbeda dengan tarian lainnya yang biasa dipentaskan dalam segala kesempatan.

Legu Gam biasanya dilaksanakan dalam tiga acara dan ketiganyapun bertingkat sifatnya. Acara tingkat pertama adalah Doru Gam yaitu berupa kunjungan Sultan ke daerah-daerah tertentu. Tingkatan kedua adalah Kololi Kie yaitu kegiatan mengelilingi gunung. Kegaiatan ini dilakukan jika kondisi rakyat sudah sangat gawat, seperti ketika Gunung Gamalama meletus. Acara tingkat ketiga adalah Fere Kie, Sultan memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Meskipun dilakukan kala mengelilingi dan mendaki gunung, kedua acara yang disebutkan terakhir tersebut bukanlah ritual animisme, sebab Do’a atau permohonan hanya semata-mata disampaikan kepada Allah sebagai Zat yang menguasai alam semesta. Gunung hanyalah salah satu simbol kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta.

Tarian Legu yang dipentaskan merupakan rangkaian yang gerakannya menyerupai kepakan sayap burung. Menurut legenda, tarian ini merupakan simbol dari turunnya burung berkepala dua (Guheba) yang menjadi simbol kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan). Dalam tarian tersebut, disampaikanlah kritik-kritik kepada Sultan yang dikemas dalam bentuk syair dengan diiringi alunan musik tifa. Para penari adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari keluarga Sultan. Tarian Legu dipentaskan ketika Sultan selesai melakukan upacara tersebut diatas. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sultan tidak diperkenankan berdiri sebelum tarian Legu berakhir. Hal ini bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan dalam syair tarian tersebut dipahami, dihayati dan menjadi bahan introspeksi Sultan dalam menjalankan kepemimpinannya.

Kini Event Legu Gam menjadi hajatan setiap tahun terutama pada acara perayaan hari ulang tahun Paduka Yang Mulia Sultan Ternate yang dilaksanakan semasa hidupnya sebagai manifestasi kecintaan rakyat (Bala Kusu se Kano-kano) terhadap Yang Mulia Sultan. Kini, event ini terus dilaksanakan meski Yang Mulia Sultan telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Legu Gam kini hadir dengan menampilkan berbagai paket kegiatan diantaranya: pentas seni budaya berupa tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, pameran kerajinan lokal karya putera-puteri daerah, hingga kegiatan Seminar Nasional dan Bedah Buku yang menghadirkan pembicara-pembicara dari kalangan akademisi, politisi dan budayawan nasional. Dengan demikian, Legu Gam selain mengandung berbagai unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan.

Glory of The Heritage City
       Di negeri ini, jauh sebelum Atlantic Charter yang terkenal tersebut para Kolano (raja) empat persekutuan negeri Moloku Kie Raha (Ternate, Bacan, Tidore dan Jailolo) minus kerajaan Loloda pada tahun 1322 telah menyepakati beberapa poin penting rumusan tentang tatanan kehidupan empat konfederasi yang isinya memiliki kemiripan secara substantif dengan isi Atlantic Charter yang disebutkan diatas. Pengalaman sejarah sosial sejak jaman dahulu yang ditunjukkan oleh para Kolano Kie Raha ditahun 1322 tersebut, menunjukkan kehidupan sosial masyarakat yang berlangsung sangat dinamis dan penuh dengan semangat kebersamaan.

          Adat istiadat tumbuh menemukan ruang dalam tradisi masyarakat lokal berhimpitan dengan keyakinan masyarakat yang membentuk jembatan antar komonitas di negeri Moloku Kie Raha. Apa yang kemudian dikenal dengan Semboyan Marimoi Ngone Futuru (Bersatu Kita Teguh) adalah sebuah ungkapan persatuan yang tercetus dalam Moti Verbond 1322 tersebut. Sebuah ungkapan yang tidak sekedar bermakna politik semata melainkan sarat nilai dan memiliki roh kultural yang patut dipelihara dan diimplementasikan secara nyata dalam realitas kekinian.

          Sejak dahulu, Moloku Kie Raha memang sudah dikenal sebagai salah satu negeri yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang berlimpah sehingga menjadi rebutan bagi bangsa–bangsa baik Asia maupun Eropa. Tak hanya zaman dahulu melainkan hingga saat ini tetap menjadi lirikan bagi bangsa asing untuk dikunjungi. Terlebih dengan peristiwa fenomenal yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Menikmati keindahan alam, eksotisme tinggalan sejarah masa lalu yang memesona kini serta khasanah budaya lokal yang memukau di negeri ini sesungguhnya tak bisa dipungkiri merupakan sepenggal surga yang tercecer di bumi nusantara. Salah satu faktor yang membuat bangsa-bangsa asing mengunjungi negeri ini adalah karena potensi kekayaan dan keindahan alam serta budaya yang dimilikinya. Oleh karena itu, para turis mancanegara sering menyebutnya dengan ‘bagaikan kepingan surga yang tercecer dimuka bumi Nusantara’. Mengutip renungan Ilir-ilir dari Emha Ainun Najib, seorang budayawan yang juga sebagai pemangku adat kesultanan Ternate pernah menuturkan: Surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan cipratan keindahan itu bernama Indonesia Raya.

          Keindahan alam dan potensi budaya yang ada di Moloku Kie Raha ternyata juga memiliki banyak pusaka sejarahnya yang sangat menarik. Negeri ini memiliki keunikan dan kelebihannya sehingga para wisatawan akan banyak menemui hal-hal menarik terutama bagi yang menyukai budaya, sejarah maupun panorama keindahan alam baik dipegunungan hingga wisata alam bawah lautnya, sungguh menakjubkan. Dengan lingkungan alam yang sejuk yang ditumbuhi banyak pepohonan rindang dengan aneka tanaman buah dan tanaman hijau yang mengelilingi setiap sudut negeri sesungguhnya  merupakan destinasi yang sangat cocok bagi mereka yang ingin berwisata di negeri yang dijuluki Negeri Moloku Kie Raha.

          Baik di Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan maupun di Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Kebupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, kita dapat menyaksikan keseharian masyarakat setempat seperti bercocok tanam, perdagangan, pembuatan kerajinan tangan serta pembuatan makanan khas daerah masing-masing melalui sejuta rasa kuliner yang dihasilkan dan tersebar di berbagai tempat masing-masing daerah tersebut.

          Selain itu juga negeri ini memiliki khasanah berbagai jenis musik dan tarian yang berkembang menjadi seni bercita rasa tinggi yang berasal dari beragam kesenian tradisional dari berbagai daerah Moloku Kie Raha hingga yang diwariskan oleh bangsa  kolonial Eropa yang tentunya menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan selama ini. Dengan kata lain, masih banyak benda-benda karajinan tangan, musik kontemporer, alunan tradisi lisan dari iringan musik tradisional serta tarian eksotis dan berbagai ritual yang menarik hanya bisa ditemukan dan nikmati di negeri ini.

         Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo), adalah negeri para raja yang juga disebut kerajaan surgawi. Negeri yang keseluruhan jumlah pulaunya sebanyak 727 buah pulau besar kecil, sebanyak 64 pulau yang dihuni dan 663 pulau tidak dihuni. Sebagian besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan pulau-pulau vulkanis dan pulau karang serta sebagian lainnya merupakan dataran biasa. Dengan karaktersitik wilayah daratan dan perairan yang demikian, memiliki potensi pengembangan sumberdaya alam yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan.

 Momentum Gerhana Matahari Total yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 mendatang sesungguhnya merupakan karunia Tuhan sang Pencipta bagai rakyat negeri ini karena dikunjungi oleh ribuan wisatawan asing sehingga menjadi peluang emas promosi pariwisata Moloku Kie Raha. Legu Gam sebagai sebuah event Pesta Rakyat, akan menjadi  sarana menuju pembangunan berkelanjutan yang mengantarkan masyarakat negeri ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidupnya dimasa-masa yang akan datang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar