LEGU GAM (pesta
rakyat) secara historis merupakan manifestasi kebudayaan daerah yang dilakukan
sebagai tradisi adat istiadat Maluku Kie Raha (Maluku Utara) yang melibatkan
pihak kerajaan / kesultanan sebagai pranata sosial masyarakat adat. Legu Gam mengandung arti sebagai Pesta Rakyat yang
dilakukan dalam bentuk tari-tarian atau biasa disebut Tarian Legu. Tarian Legu
berbeda dengan tarian lainnya yang biasa dipentaskan dalam segala kesempatan.
Legu Gam
biasanya dilaksanakan dalam tiga
acara dan ketiganyapun bertingkat sifatnya. Acara tingkat pertama adalah Doru
Gam yaitu berupa kunjungan Sultan ke daerah-daerah tertentu. Tingkatan kedua
adalah Kololi Kie yaitu kegiatan mengelilingi gunung. Kegaiatan ini dilakukan
jika kondisi rakyat sudah sangat gawat, seperti ketika Gunung Gamalama meletus.
Acara tingkat ketiga adalah Fere Kie, Sultan memohon perlindungan dan
keselamatan kepada Allah SWT. Meskipun dilakukan kala mengelilingi dan mendaki
gunung, kedua acara yang disebutkan terakhir tersebut bukanlah ritual animisme,
sebab Do’a atau permohonan hanya semata-mata disampaikan kepada Allah sebagai
Zat yang menguasai alam semesta. Gunung hanyalah salah satu simbol kebesaran
Allah SWT sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta.
Tarian Legu yang
dipentaskan merupakan rangkaian yang gerakannya menyerupai kepakan sayap
burung. Menurut legenda, tarian ini merupakan simbol dari turunnya burung
berkepala dua (Guheba) yang menjadi simbol kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate,
Tidore, Jailolo dan Bacan). Dalam tarian tersebut, disampaikanlah kritik-kritik
kepada Sultan yang dikemas dalam bentuk syair dengan diiringi alunan musik
tifa. Para penari adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari keluarga
Sultan. Tarian Legu dipentaskan ketika Sultan selesai melakukan upacara
tersebut diatas. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sultan tidak diperkenankan
berdiri sebelum tarian Legu berakhir. Hal ini bertujuan agar pesan-pesan yang
disampaikan dalam syair tarian tersebut dipahami, dihayati dan menjadi bahan
introspeksi Sultan dalam menjalankan kepemimpinannya.
Kini Event Legu Gam menjadi hajatan setiap tahun terutama pada
acara perayaan hari ulang tahun Paduka
Yang Mulia Sultan Ternate yang dilaksanakan
semasa hidupnya sebagai manifestasi kecintaan rakyat (Bala Kusu se Kano-kano) terhadap Yang Mulia Sultan. Kini, event ini terus dilaksanakan meski Yang
Mulia Sultan telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Legu Gam kini hadir dengan
menampilkan berbagai paket kegiatan diantaranya: pentas seni budaya berupa
tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, pameran kerajinan lokal karya
putera-puteri daerah, hingga kegiatan Seminar Nasional dan Bedah Buku yang menghadirkan
pembicara-pembicara dari kalangan akademisi, politisi dan budayawan nasional. Dengan demikian, Legu Gam selain mengandung
berbagai unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan.
Glory of
The Heritage City
Di negeri ini, jauh sebelum Atlantic Charter yang
terkenal tersebut para Kolano (raja) empat persekutuan negeri Moloku Kie Raha
(Ternate, Bacan, Tidore dan Jailolo) minus
kerajaan Loloda pada tahun 1322 telah menyepakati beberapa poin penting
rumusan tentang tatanan kehidupan empat konfederasi yang isinya memiliki
kemiripan secara substantif dengan isi Atlantic Charter yang disebutkan diatas.
Pengalaman
sejarah sosial sejak jaman dahulu yang ditunjukkan oleh para Kolano Kie Raha
ditahun 1322 tersebut, menunjukkan kehidupan sosial masyarakat yang berlangsung
sangat dinamis dan penuh dengan semangat kebersamaan.
Adat istiadat
tumbuh menemukan ruang dalam tradisi masyarakat lokal berhimpitan dengan
keyakinan masyarakat yang membentuk jembatan antar komonitas di negeri Moloku
Kie Raha. Apa yang kemudian dikenal dengan Semboyan Marimoi Ngone Futuru (Bersatu Kita Teguh) adalah sebuah ungkapan persatuan
yang tercetus dalam Moti Verbond 1322 tersebut. Sebuah ungkapan yang tidak
sekedar bermakna politik semata melainkan sarat nilai dan memiliki roh kultural
yang patut dipelihara dan diimplementasikan secara nyata dalam realitas
kekinian.
Sejak dahulu, Moloku Kie
Raha memang sudah dikenal sebagai salah satu negeri yang memiliki kekayaan alam
dan budaya yang berlimpah sehingga menjadi rebutan bagi
bangsa–bangsa baik Asia maupun
Eropa. Tak hanya zaman dahulu
melainkan hingga saat ini tetap menjadi lirikan bagi bangsa asing untuk dikunjungi. Terlebih dengan
peristiwa fenomenal yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Menikmati keindahan alam,
eksotisme tinggalan sejarah masa lalu yang memesona kini serta khasanah budaya
lokal yang memukau di negeri ini sesungguhnya tak bisa dipungkiri merupakan
sepenggal surga yang tercecer di bumi nusantara. Salah satu faktor yang
membuat bangsa-bangsa asing mengunjungi negeri ini
adalah karena potensi kekayaan dan keindahan alam serta
budaya yang dimilikinya. Oleh
karena itu, para turis mancanegara sering menyebutnya dengan ‘bagaikan kepingan surga yang tercecer dimuka bumi Nusantara’. Mengutip
renungan Ilir-ilir dari Emha Ainun Najib, seorang budayawan yang juga sebagai
pemangku adat kesultanan Ternate pernah menuturkan: Surga seakan-akan pernah
bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan cipratan keindahan itu
bernama Indonesia Raya.
Keindahan alam dan
potensi budaya yang ada di Moloku Kie Raha ternyata juga memiliki banyak pusaka sejarahnya yang sangat menarik. Negeri ini memiliki keunikan dan kelebihannya
sehingga para wisatawan akan banyak menemui hal-hal menarik terutama bagi yang
menyukai budaya, sejarah maupun panorama keindahan alam baik dipegunungan
hingga wisata alam bawah lautnya, sungguh menakjubkan. Dengan lingkungan alam
yang sejuk yang ditumbuhi banyak pepohonan rindang dengan aneka tanaman buah
dan tanaman hijau yang mengelilingi setiap sudut negeri sesungguhnya merupakan destinasi yang sangat cocok bagi
mereka yang ingin berwisata di
negeri yang dijuluki Negeri Moloku Kie Raha.
Baik di Kota
Ternate, Kota Tidore Kepulauan maupun di Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten
Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Kebupaten Halmahera Timur,
Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, kita
dapat menyaksikan keseharian masyarakat setempat seperti bercocok tanam,
perdagangan, pembuatan kerajinan tangan serta pembuatan makanan khas daerah
masing-masing melalui sejuta rasa kuliner yang dihasilkan dan tersebar di berbagai
tempat masing-masing daerah tersebut.
Selain itu juga negeri ini memiliki
khasanah berbagai jenis musik dan tarian yang berkembang menjadi seni bercita
rasa tinggi yang berasal dari beragam kesenian tradisional dari berbagai daerah
Moloku Kie Raha hingga yang diwariskan oleh bangsa kolonial Eropa yang tentunya menjadi daya
tarik bagi kunjungan wisatawan selama ini. Dengan kata lain, masih banyak
benda-benda karajinan tangan, musik kontemporer, alunan tradisi lisan dari iringan musik tradisional
serta tarian eksotis dan berbagai ritual yang
menarik hanya bisa ditemukan dan nikmati di negeri ini.
Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo), adalah negeri para raja yang juga disebut kerajaan surgawi. Negeri yang keseluruhan jumlah pulaunya sebanyak 727 buah pulau besar kecil,
sebanyak 64 pulau yang dihuni dan 663 pulau tidak dihuni. Sebagian
besar bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan pulau-pulau vulkanis dan pulau
karang serta sebagian lainnya merupakan dataran biasa. Dengan karaktersitik
wilayah daratan dan perairan yang demikian, memiliki potensi pengembangan
sumberdaya alam yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan.
Momentum Gerhana Matahari Total yang akan terjadi pada 9
Maret 2016 mendatang sesungguhnya merupakan karunia Tuhan sang Pencipta bagai
rakyat negeri ini karena dikunjungi oleh ribuan wisatawan asing sehingga
menjadi peluang emas promosi pariwisata Moloku Kie Raha. Legu Gam sebagai
sebuah event Pesta Rakyat, akan menjadi
sarana menuju pembangunan berkelanjutan yang mengantarkan masyarakat
negeri ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidupnya dimasa-masa
yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar